Pengenalan PTTA yang diberi nama OS-Wifanusa ini juga diikuti dengan demo flight full system. Demo flight ini juga dihadiri beberapa pejabat dari Kementerian Pertahanan.
Direktur Eksekutif IMI, Y Paonganan menerangkan bahwa PTTA ini merupakan kreasi anak bangsa. Meskipun kreasi lokal, ia menjamin PTTA ini memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan buatan negara lain.
"PTTA buatan anak bangsa ini memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan produksi dari negara-negara lain," ungkap Paonganan melalui siaran persnya yang diterima Republika.
Pria yang akrab disapa Ongen ini menerangkan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan tingkat geografis yang unik. Tidak sedikit batas-batas negara Indonesia berada di titik-titik yang sulit dijangkau seperti laut luas hingga pulau kecil.
Ongen menerangkan, OS-Wifanusa memiliki kemampuan lepas landas dan mendarat di berbagai medan, baik di sungai, danau, laut maupun di darat. Memiliki lebar sayap 4 meter dan panjang 3 meter dan dilengkapi dengan floating untuk memudahkan operasi di air dan landing gear untuk pengoperasian di darat.
Pesawat ini menggunakan mesin 2 tak berkapasitas 170 cc mampu mengangkat pesawat dengan beban hingga 60 – 70 kg. Untuk lepas landas di air, pesawat ini hanya membutuhkan jarak sejauh 50 meter, sedangkan di darat hanya butuh landasan tanah rata sejauh 30 – 40 meter.
Ia menambahkan, dari segi sistem kendali jarak jauh (UAV System), pesawat ini mampu dikendalikan hingga 100 kilo meter dan menerima gambar video secara real time. OS-Wifanusa pun mampu terbang pada ketinggian 300 meter hingga 5000 meter dengan waktu terbang (endurance) mencapai 5 jam.
Ketika ditanya tentang kesiapan untuk produksi, Ongen mengatakan sanggup memproduksi sebanyak 10-20 unit per tahun. "Kami sudah siap memproduksi PTTA OS-Wifanusa sebanyak 10-20 unit per tahun jika ada yang pesan" katanya.