"Dari pengamatan saya beras ini tidak lazim. Berasnya tidak memiliki bulir, biasanya bubur kalau sudah dingin bentuknya mengental dan menyatu, tapi kalau ini seperti belum matang," katanya di Bekasi, Selasa (16/5).
Selain bubur, Dewi juga sempat menanak beras itu untuk dijadikan nasi uduk, namun beras tersebut mengeluarkan banyak air dan basah. "Kalau beras biasa meresap air, tapi ini malah mengeluarkan air. Saat dimakan rasanya aneh," katanya.
Menurutnya, bubur yang telah dimasak selama lebih dari satu jam itu tidak menghasilkan bubur halus. "Butirannya justru membesar tapi tidak halus. Biasanya bubur buatan saya halus dan lembut. Ini rasanya aneh di lidah dan sangat lengket," katanya.
Dari ciri tersebut, Dewi pun mencoba mencari tahu jenis beras tersebut melalui internet dan sejumlah pemberitaan. "Ternyata jenis beras yang saya beli per liternya Rp 8 ribu itu mirip sekali dengan ciri beras berbahan sintetis. Kan banyak pemberitaan yang bilang saat ini beras asal Tiongkok masuk ke Indonesia," katanya.
Keanehan itu kemudian membuat ibu satu anak itu memutuskan untuk mengganti lokasi pembelian beras yang sudah setahun menjadi pelanggannya. Ia juga memublikasikan temuan itu melalui media sosial Facebook dan Instagram untuk diketahui masyarakat luas.
"Rencananya saya mau lapor ke Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), tapi keburu datang orang dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bekasi untuk membawanya ke laboratorium," katanya.
Hingga kini kasus itu masih dalam penanganan Polresta Bekasi Kota dengan memeriksa pelapor serta lima orang saksi dari kios penjualan beras di Pasar Mutiara Gading.