JAKARTA, - Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) mendukung Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo alias Jokowi, untuk menolak proyek pembangunan enam ruas jalan tol baru yang melintasi Ibu Kota. Pembangunan enam ruas tol baru itu dinilai hanya akan menimbulkan titik kemacetan yang baru.
"Kami mendukung Gubernur menolak pembangunan enam ruas jalan tol dan kami menawarkan revitalisasi angkutan umum," kata Ketua DTKJ Azas Tigor Nainggolan, saat ditemui di Bundaran Hotel Indonesia (HI), Jakarta, Minggu (18/11/2012).
Untuk diketahui, proyek pembangunan enam ruas tol baru ini telah digelontorkan 2005 silam oleh Kementerian Pekerjaan Umum. Dan rencananya pembangunan akan dilanjutkan mulai tahun depan.Enam ruas jalan tersebut adalah Kampung Melayu-Kemayoran (9,6 km), Semanan-Sunter lewat Rawabuaya Duri Pulo (22,8 km), Kampung Melayu-Duripulo lewat Tomang (11,4 km), Sunter-Pulogebang lewat Kelapa Gading (10,8 km), Ulujami-Tanah Abang (8,3 km), dan Pasar Minggu-Casablanca (9,5 km).
Total anggaran untuk menyokong pembangunan ini mencapai Rp 42 triliun. Tigor mengungkapkan, ada sebuah studi kelayakan pembangunan jalan tol dalam kota Jakarta yang dilakukan oleh PT Pembangunan Jaya pada Mei 2005. Di dalamnya terungkap bahwa setiap pertambahan jalan sepanjang 1 kilometer di Jakarta akan selalu dibarengi dengan peningkatan jumlah kendaraan sebanyak 1.923 mobil pribadi. Merujuk pada data Dinas Perhubungan DKI Jakarta, jumlah total perjalanan menuju Jakarta perhari mencapai 25 juta perjalanan. Dari jumlah tersebut, 98 persennya menggunaan kendaraan pribadi.
"Pembangunan jalan tol baru dalam kota Jakarta akan semakin menambah macet dan menambah pencemaran polusi udara di Jakarta. Maka kami menolak," ujarnya.
Sebelumnya, Jokowi mengatakan, proyek jalan tol dalam kota itu tidak akan membebaskan Jakarta dari kemacetan.
"Saya ini pro kepada transportasi massal. Jalan tol itu memberikan fasilitas untuk mobil, pasti akan tetap menyebabkan kemacetan," kata Jokowi di Balaikota DKI, Jakarta, Rabu (7/11/2012).
Jokowi akan merealisasikan pembangunan enam ruas jalan tol yang mengangkat konsep layang tersebut apabila dialihfungsikan sebagai elevated bus.
"Kalau mau bangun di atas tanah, ya bangun monorel sekalian. Kalau enam ruas jalan tol itu dibangun, jadinya kan terbentur dengan moda transportasi lainnya seperti monorel dan MRT kalau jadi. Lebih baik dipakai untuk elevated bus saja," katanya.